K
|
onon ceritanya gantarawang sejak jaman
dulu sudah terkenal dengan aroma mistisnya masih kuat serta ada sebuah kejadian
ada seorang serdadu beserta kudanya yang menghilang ditempat itu bukan haya itu
saja yang bukan orang asli daerah tempat itu dilarang mengambil ranting –
ranting pohon ditempat itu tanpa seijin orang asli tempat itu atau minta dengan
cara menyebut ketujuh turunan pataklukan tepat itu.
Masyarakat setempat
percaya akan legenda gantarawang konon ceritanya bahwa gantarawang adalah
tempat atau pasar jin – jin atau mahkluk halus serta sejenisnya ada tiga
sebutan dan makna sebutan gantarawang itu bagi masyarakat sekitar yang pertama
yaitu gantarawang yang merupakan
kepan jangan dari gantar menghadap
kelangit atu keawang - awang mengandung arti bahwa kita sebagai manusia harus
ingat pada tuahan yang maha esa, yang kedua yaitu gantar uang yang mengandung makna karena tempat
itu dijadikan penjarahan oleh segelintir orang sehinga menghasilkan uang dan
menggantungkan nakah mejadi kuncen sering mengaku ngaku menjadi keturunanya,
ketiga gantar awang yang memiliki arti gantar yang menjulang kebumi
sehinga kita sebagai manusia haruslah ingat bahwa tidak ada manusia yang kekal
atau abadi dan semuanya akan kembali lagih keasal mulanya yaitu ketanah dan
tidak ada seseorang pun yang dapat meng hentikan maut.
Gantarawang ini tidak
perna terlepas dari cerita tentan haji de-eng yang kebanyakan orang merinnding
mendengar haji de – eng ini karena mereka mengagap beliau raja jin yang
sebenarnya menurut abah haji de – eng ini adalah ulama yang taat pada agama –
nya yaitu islam. Pada waktu itu haji de – eng suka menangkap ikan dengan cara
memasang bubu yaitu lidi yang dibuat dengan ketekunan dan anyaman. Ketika
beliau memasang bubu tetapi, dihari itu paun beliau tidak biasanya tidak ada
ikanya karena beliu penasaran dan ingin
tahu sipa yang mengambil ikanya tersebut dengan berani ia pun menangtangnya
akhirnya dihari esoknya lagi beliu pun memergoki yang selama ini mengambil
ikanya yang merupakan mahkluk sejenis jin lalu terjdilah pertarungan haji de – eng
dengan jin itu yang disaksikan salah seorang warga dan berlangsung lama smpe
jin tersebut dilempar kedaerah gantarawang tempat terjadinya pertarungan
tersebut jin tersebut kalah dan ingin kabur tapi haji de – eng menjabak
rambutnya lalu haji de – eng mebacakan asma allah yaitu ayat kursi sehingga jin
tersebut kepanasan dan memohon ampunan pada haji de – eng “ panas! panas! Apun
ki aku mohon apuni aku ki,! ujar jin itu dengan kesakitan “. “ bik aku akan
lepaskan kamu asal kamu mu berjanji tidak akan menggagu aku lagi beserta
keturunan ku. kalau kamu menggangu anak cucu ku, aku akan mecari kamu sampai
kemana pun kamu lari termasuk sampi ke Alam mu akan ku obrak abrik. Ujar haji
de – eng “. Jin tersebut menyetujuinya “ baik kalau itu persyaratany aku
menyetujuinya bahkan tujuh keturunanmu akan aku tolong. Ujar jin tersebut “.
Akhirnya ikan beliupun
tidak ada yang mencuri lagi haji de – eng yang sebenarnya bernama haji tubagus
Alli yang merupakan anak dari keturunan ke – X dari sultan hasannudin yang
merupakan sultan banten yang terkenal disemua tataran pelosok nusantara dengan
agamanya yang kental. beliau pun dikaruniai empat cucu dari haji endong dan
sekarang cucu beliau tigal satu cucu dari haji endong tapi banyak cicit. Dan beliliau disebut kide – eng karena
kegemaranya membuat deng deng dari ikan tangkapanya.
Akupun pernah
diperlihatkan oleh cucu beliau sebuah pusaka haji tubagus yali itu yang konon
setiap malam jumat selalu berbuni sendirinya lantas akupun tidak lantas percaya
begitu saja namun akhirnya akupun diajak melihatnya namun saying aku dilarang
mengabadikanya. Selain itu warga pun percaya bahwa kalau menyebut nama tujuh
keturunan dari haji tubagus yalli akan di tolong dan tidak digangu tetpi bukan
masyarakat setempat saja yang percaya tapi banyak orang dari jauh dating untuk
ber – zarah kemakam haji tubagus yalli. Namun kita juga harus mengingat
berjarah bukan berarti kita mengagunkan makam tetapi supaya kita ingat bahwa
semua yang ada didunia ini hanya titipan allah dan kita akan kembali lagi
keasal kita yaitu tanah.
Hubungannya dgn Ki Busro menantuna ti pala cisoka
BalasHapusSalam Kenal Semuanya, Saya tertarik dengan cerita ini...Kebetulan saya cicit dari Keturunan Bojong Menteng, Anak dari Mamah Hj. Bahroh Binti Barawi Binti Jaro Kama
BalasHapus